Oleh Indah Handayani .
Hari Ginjal Dunia yang diperingati tiap tanggal 8 Maret diharapkan mengingatkan masyarakat terhadap risiko gangguan ginjal. Namun, patut disayangkan, kesadaran masyarakat Indonesia terhadap gangguan ginjal ternyata masih sangat rendah. Dibandingkan laki-laki, gangguan ginjal lebih banyak dialami perempuan. Tercatat, sekitar 195 juta perempuan di seluruh dunia terkena gangguan ginjal.
Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia dengan komplikasi gagal ginjal dan kematian dini. PGK saat ini merupakan penyebab kematian ke-8 tertinggi pada perempuan, mencapai hampir 600 ribu kematian setiap tahunnya. Risiko terjadinya PGK pada perempuan hampir setinggi pada laki-laki, dan mungkin lebih tinggi. Berdasarkan beberapa studi, PGK lebih banyak terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki, dengan rerata prevalensi sebesar 14% pada perempuan dan 12% pada laki-laki.
Namun, jumlah perempuan yang menjalani dialisis lebih rendah dibandingkan pria. Setidaknya ditengarai ada tiga alasan utama kondisi tersebut, yaitu perjalanan PGK yang lebih lambat pada perempuan, hambatan psiko-sosioekonomi seperti rendahnya kesadaran akan penyakit ginjal yang mengakibatkan keterlambatan ataupun tidak dimulainya dialisis, serta akses kesehatan yang tidak merata yang masih menjadi masalah utama di negara-negara yang tidak memiliki jaminan layanan kesehatan semesta.
Ketua Pengurus Besar Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) dan Ketua Divisi Ginjal Hipertensi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUl-RSCM dr Aida Lydia PhD SpPD-KGH mengatakan, banyak kondisi kesehatan pada perempuan yang dapat menjadi faktor risiko terjadinya PGK. Antara lain, perempuan lebih banyak terkena lupus, suatu penyakit autoimun yang dapat menyerang ginjal.
Risiko menderita pre-eklampsia dan eklampsia selama kehamilan. Tingginya kejadian infeksi saluran kemih pada perempuan akibat struktur anatomi saluran kemih perempuan yang lebih pendek dari laki-laki.
“Serta tingginya kejadian penyakit kanker serviks (leher rahim) yang seringkali mengakibatkan gangguan fungsi ginjal,” ungkap dr Aida, di Jakarta, baru-baru ini.
Dr dr Suskhan Djusad SpOG (K), Ketua Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI-RSCM menambahkan, kanker serviks menyebabkan kematian tiap jam pada perempuan Indonesia karena berbagai komplikasi, salah satunya gagal ginjal. “Kanker serviks dapat dicegah karena dari pre-kanker sampai ke kanker serviks prosesnya cukup lama, yaitu antara 5-10 tahun,” tambah dia.
Berdasarkan data yang dihimpun dari pasien rawat jalan di Poliklinik Ginjal Hipertensi RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, selama 3 tahun terakhir (2015-2017) menunjukkan bahwa pasien PGK akibat komplikasi penyakit lupus (disebut sebagai Nefritis Lupus) lebih banyak perempuan dibandingkan laki-laki, yaitu sebanyak 88,1% versus 11,9% (2015), 88% versus 12% (2016), dan 93,6% versus 5,7% (2017).
Sedangkan angka penderita infeksi saluran kemih sebesar 57,1% versus 42,9% (2015), 48,5% versus 51,5% (2016), dan 65,1% versus 27,3% (2017). Juga lebih banyak pada perempuan dibandingkan laki-laki. Data Indonesian Renal Registry pada 2016 menunjukkan, pasien baru gagal ginjal terminal yang memerlukan dialisis sebanyak 53.000 orang dan 1% di antaranya (530 orang) dengan penyakit dasar nefritis lupus.
id.beritasatu.com